Tata Cara Aqiqah – Sebagian besar dari anda sudah barang tentu tidak asing lagi dengan aqiqah? Ya, aqiqah merupakan salah satu anjuran dalam Islam sebagai wujud syukur kepada Allah atas karunia anak yang telah diberikannya. Aqiqah ini juga sebagai sarana untuk menebus anak mengingat anak yang belum diaqiqahi itu masih tergadai. Aqiqah diwujudkan dengan menyembelih hewan kambing. Kemudian hewan tersebut dan dipotong kemudian dibagikan kepada kerabat dan tetangga.
Utamanya dibagikan dalam keadaan yang sudah dimasak sehingga memudahkan penerima untuk menyantapnya. Namun jikakalaupun harus membagikan daging mentah itupun juga tidak menjadi masalah. Itu tata cara aqiqah yang selama ini dipahami, namun ternyata tidak semua orang paham menjalankan tata cara aqiqah ini.
Jika dilihat dari sejarah, memang penyembelihan hewan untuk upacara kelahiran sudah ada di jaman jahiliyah. Setelah kelahiran bayi juga dilakukan penyembelihan hewan. Hanya saja dicampur dengan perbuatan bathil, yakni melumuri kepala bayi dengan menggunakan darah.
Setelah Islam datang, penyembelihan kambing untuk kelahiran anak itu disempurnakan. Melumuri darah kambing diganti dengan minyak wangi dan mencukur rambutnya.
Terlepas dari itu semua, aqiqah semakin kesini semakin banyak dilakukan. Hanya saja, belum semua sesuai dengan tata cara aqiqah yang sesuai dengan syariat. Nah, untuk memudahkan kita semua dalam pelaksanaan aqiqah, ada beberapa poin-poin penting dalam beraqiqah.
Poin-poin Penting tentang Tata Cara Aqiqah
Setidaknya ada 9 poin-poin penting tentang tata cara aqiqah yang bisa anda ketahui dan diantaranya bisa anda simak penjelasannya sebagai berikut.
1. Hukum Aqiqah
Perlu diketahui bahwa hokum aqiqah ialah sunnah muakkad, ibadah yang sangat dianjurkan dan tidak seharusnya diitinggalkan, terlebih jika keluarga berkecukupan. Selama ini, tidak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa hokum aqiqah adalah wajib.
2. Jumlah Kambing Aqiqah
Jumlah kambing yang disembelih berbeda antara bayi laki-laki dengan bayi perempuan. Untuk bayi laki-laki dianjurkan menyembelih dua ekor kambing, namun jika dua tidak bisa, seekor pun juga diperbolehkan. Sementara itu, untuk anak perempuan cukup menyembelih seekor kambing saja. Lebih utamanya juga tidak dilebihkan.
3. Waktu Aqiqah
Waktu aqiqah yang paling afdol ialah hari ketujuh pasca kelahiran. Namun jika berhalangan boleh hari ke-14 dan jika tetap tidak bisa bisa dilakukan pada hari ke-21. Jika pada hari itu, juga tidak bisa maka bisa melakukan aqiqah dilain hari tanpa harus mempertimbangkan kelipatan 7.
Pendapat waktu aqiqah tersebut disampaikan oleh ulama mahdzab Hambali, namun bagi ulama mahdzab Malikiyah dianggap bahwa pendapat tersebut lemah.
Dari pendapat di atas bisa diambil kesimpulan, bahwa aqiqah bisa dilaksanakan setelah kelahiran. Karena yang ditekankan ialah melakukan aqiqah. Hanya saja waktu yang utama ialah hari ketujuh pasca kelahiran.
4. Tanggung Jawab Aqiqah
Aqiqah ini menjadi tanggungan ayah, sebegai pemberi nafkah. Utamanya biaya aqiqah diambilkan dari harta ayah, bukan dari harta anaknya. Sementara itu, keluarga atau orang lain, tidak boleh meng-aqiqahi tanpa seizing dari ayah.
5. Siapa yang dianjurkan Aqiqah?
Imam Asy Syafi’I menjelaskan bahwa anjuran aqiqah ini ialah untuk orang yang mampu. Sementara pada waktu aqiqah tidak berkecukupan, maka anjuran aqiqah anak tersebut gugur.
6. Aqiqah Ketika Dewasa
Jika ketika waktu aqiqah yang diutamakan, orang tua tidak berkecukupan harta, maka anjuran aqiqah tersebut gugur. Sementara itu, jika pada waktu itu, orang tua dalam keadaan mampu, maka tanggung jawab aqiqah anaknya tetap menjadi bebannya. Sekalipun anak tersebut sudah menginjak di usia dewasa.
7. Bolehkah Aqiqah diakhirkan pada Usia Baligh?
Imam Asy Syafi’I memberikan penjelasan bahwa aqiqah disarankan tetap dijalankan sekalipun dilakukan di akhir waktu. Hanya saja, tetap dianjurkan untuk melaksanakan aqiqah pada waktu yang utama.
Ketika anak sudah baligh, anak tersebut mempunyai pilihan boleh meng-aqiqahi dirinya sendiri atau tidak.
8. Pehitungan Hari Aqiqah
Jika bayi lahir pada siang hari, maka dihitung pada hari itu. Namun jika lahir pada malam hari, maka hitungannya dimulai hari berikutnya. Perhitungan hari ketujuh dimulai hari berikutnya.
9. Orang Tua Tidak Dapat Syafaat Jika Tidak Men-aqiqahi Anak?
Salah satu hal yang juga jadi polemic di tengah masyarakat kaitannya dengan aqiqah ialah anggapan bahwa orang tua yang tidak mengaqiqahi anaknya maka kelak di akhirat tidak akan mendapat syafaat dari anaknya.
Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin dilansir dari Rumaysho.com, pendapat tersebut dilemahkan oleh Ibnul Qayyim. Jika orang tua berhalangan atau tidak bisa melaksanakan aqiqah untuk anaknya, bukan berarti tidak akan mendapatkan syafaat dari anaknya.
Itulah poin-poin penting tentang tata cara aqiqah yang bisa anda ketahui. Setelah membaca ringkasan diatas diharapkan anda akan lebih paham ketika hendak melaksanakan aqiqah. Tidak ada lagi keraguan atau hal yang lainnya.